Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
Mari kita lanjutkan kembali sesi perjalanan penulis bersama endometriosis. Sebenernya agak susah mau nulis catatan kali ini, karena rasanya kayak dipaksa buka kotak yang isinya kenangan nggak enak ᇂ_ᇂ
Sebenernya efek minum Visanne ini nggak semuanya isinya kenangan buruk sih, tapi harus ngerasain buruk-buruknya dulu, setelahnya mah insyaallah enakan :)
Jadi penulis mulai konsumsi Visanne sejak pertengahan akhir Oktober 2022. Awal-awal minum obat ini, perut penulis sudah mulai jarang terasa nyeri tiba-tiba, jarang sakit. Insensitas minum obat pereda nyerinya jadi mulai berkurang (biasanya penulis minum paracetamol di pagi hari buat jaga-jaga biar siangnya nggak kenapa-napa). Lalu ketika waktu haid, haidnya jadi lebih panjang, tapi volume darahnya mulai berkurang. Nah dari sinilah kenangan buruk itu dimulai.
Jadi karena masa haidnya lebih panjang, ada kalanya penulis bingung menentukan kapan harus mandi besar dan sholat. Biasanya penulis hitung saja kalau sudah keluar darah selama 15 hari, maka darah hari ke-16 dan seterusnya penulis anggap darah istihadlah, lalu penulis berwudlu dan sholat seperti biasa. Tentunya sesudah membersihkan area kemaluan sebelum sholat.
Pernah waktu itu ada pembahasan, kalau lagi masa istihadlah gini, tiap sebelum sholat apa harus mandi dulu? Wah kebayang betapa stresnya penulis mendengar pertanyaan itu, dengar doang, belum menanggapi. Soalnya bayangin ya, penulis kan bisa aja istihadlah pas hari-hari ngantor, kalo keterangannya harus mandi besar dulu setiap mau sholat, berarti mau sholat dhuhur dan ashar di kantor aja penulis harus mandi besar dulu. YA APA ENGGAK STRES. Nggak mandi besar aja penulis stres. Kalo kerjanya di rumah aja mungkin masih bearable, walaupun nanti pasti ujung-ujungnya stres juga. Jadi penulis lakukan semampunya penulis aja. Yang penting dibersihin, baru wudlu lalu sholat.
Lalu mulai gak teratur lagi siklus haid penulis. Masa mengeluarkan darahnya bisa sampai 20 hari, sedangkan masa bersihnya (tanpa flek dan tanpa darah) paling lama 10 hari ╥﹏╥ jadinya makin bingung ngitungin masa istihadlahnya. Kalo haid itu kan ada yang hitungan siklusnya masa haid paling lama 15 hari dan masa suci paling sedikit 15 hari. Nah kalo ngikutin hitungan itu, ada tanggal-tanggal yang beririsan jadinya belum dapat 15 hari suci, sudah keluar darah lagi. Ada masanya jadi istihadlah depan belakang. Ini penyebab stres pertama, karena hitungannya membingungkan. Sebenarnya ada hitungan lain yang bisa digunakan, yaitu menghitung berdasarkan kebiasaan atau menghitung berdasarkan sifat darah, yang mana dua-duanya tidak bisa penulis lakukan. Kenapa?
Karena kondisinya memang lagi konsumsi obat, tentu ini adalah kejadian yang di luar kebiasaan. Mau dicocokin ama kebiasaan, malah makin amburadul karena jadwal haidnya yang nggak menentu. Lalu yang kedua, menghitung berdasarkan sifat darah juga tidak bisa penulis ikuti. Karena penulis tidak bisa membedakan darah yang keluar. Kadang merah, kadang merah kecoklatan, kadang coklat tua, kadang keruh, semuanya itu dalam satu siklus. Jadi daripada menebak-nebak, mending penulis pakai hitungan hari saja.
Dan karena posisi istihadlah ini juga lama-lama memberatkan penulis setiap mau sholat. Setiap mau sholat, penulis harus ganti pantyliner (biar nggak susah kalau nyuci celana dalam), selama 5 waktu sholat. Awal-awal masih oke kecuali kalo lagi apes nodanya sampai kena celana dalam, otomatis celana dalamnya juga harus ganti. Jadi kalau lagi di kantor, terpaksa harus pulang balik ke kosan (untungnya kosan penulis tidak jauh dari kantor). Setiap bulan penulis stok pantyliner sebanyak mungkin. Makin hari, makin dijalani kok makin terasa berat. Apalagi kadang pas sholat tiba-tiba kerasa ada yang keluar. Ada kalanya nangis, minta sama Allah biar bisa nggak sih sholatnya yang normal-normal aja gitu kayak orang-orang. Rasanya kok kotor banget. Ditambah lagi, karena pake pantyliner terus-terusan walaupun sudah sering ganti, kemaluan penulis sempat iritasi. Rasanya gatal dan perih, digaruk takut malah tambah parah. Pengen ganti pake menstrual cup aja, kayaknya hidup penulis bakal lebih mudah karena gak repot gonta-ganti pantyliner lagi, tapi penulis terlalu takut mau makenya.
Berkali-kali juga ibu penulis nyuruh penulis buat sabar, soalnya penulis tiap kali telpon pasti ngeluhin soal itu terus. Kapan sih masa-masa kayak gini berakhir?
Antara disuruh milih, stop minum Visanne dan haidnya balik normal lagi tapi dengan endometriosis yang masih nangkring di rahim bonus nyeri tiap bulan, atau tetep minum Visanne tapi dengan risiko muncul flek-flek gak beraturan yang bikin bingung tiap mau sholat, dengan harapan efek endometriosisnya berkurang? Nggak ada yang mending. Mendingan jadi cowok aja kalo gini mah.
Penulis konsultasikan juga ke dokter kalau masih keluar darah/flek, walaupun volume-nya nggak kayak orang haid pada umumnya. Bener-bener cuma flek kayak di awal atau akhir haid, bedanya ini selama 15 hari lebih. Kalau menurut dokter, harusnya setelah minum Visanne ini darahnya berhenti, nggak keluar sama sekali. Karena darah/luruhan dinding rahim ini jadi 'makanan' bagi si kista rahim, jadi dengan minum Visanne akan stop. Kalau masih awal mungkin obatnya masih menyesuaikan, jadi wajar. Masalahnya itu sudah sekitar 3-4 bulan sejak penulis konsumsi obat itu. Akhirnya penulis diresepkan obat-obat untuk menghentikan pendarahan.
Melihat siklus haid penulis yang kacau balau, dokternya tanya, "mbak lagi stres ya? Stres sama kerjaan kantor?" Setelah penulis pikir-pikir, daripada kerjaan kantor, sumber stresnya justru flek-flek gak jelas yang non stop ini dok (ᅲ﹏ᅲ ). Ditanyain kayak gitu juga berasa deja vu soalnya dulu-dulu kalo ke Obgyn pasti dokternya nanyain itu.
Baca juga "Catatan Endometriosis: Apakah Ini Penyakit Berbahaya? (Part 1)"
((Sebenarnya bisa aja nggak stres kalau penulis posisinya nggak sholat sekalian aja biar nggak galau mulu tiap mau sholat karena ada flek di celana. Tapi kan bukan gitu solusinya!!!!)) Pernah sampe kepikiran kalo penulis hidup di jaman nabi, penulis pasti udah nyamperin Rasulullah SAW buat nanyain perkara yang bikin penulis pusing sendiri ini. Agak di luar nurul emang ngelanturnya soalnya wallahi emang udah sestres itu perkara flek-flek ini. Sampe kalo liat celana bernoda tuh penulis speechless dan tahan napas, sambil mbatin,
"Kan."
Terus untungnya minum Visanne apa dong? Jadi kalau minum rasa sakit dan nyerinya berkurang banget banget. Semakin lama malah makin udah gak ngerasa sakit sama sekali. Dulu sebelum penulis tau kalau penyebab sakitnya ternyata kista rahim, diagnosanya macem-macem. Dari maag, ISK (infeksi saluran kencing), sampe akhirnya kista rahim. Perjalanan mengetahui penyakit itu berbulan-bulan jadi penulis menahan-nahan rasa sakit selama itu juga. Masalahnya penulis kalau lagi nyeri-nyeri gitu malah jadi suka males makan (jangan ditiru!!). TAPI, berkat minum Visanne dan rasa sakitnya berkurang bahkan hilang, nafsu makan penulis pelan-pelan kembali dan mulai rajin makan lagi. Seneng banget sih ini pencapaian besar buat penulis. Walaupun kalau kata orang-orang badan penulis tetep segitu-gitu aja malah makin kurus, tapi gak papa setidaknya udah gak struggle kalo mau makan udah cukup.
Selain itu, Visanne ini membantu mengecilkan kista rahim penulis. Dari yang awalnya diameternya 3,74 cm jadi 2,81 cm setelah konsumsi selama 5 bulan (perbandingannya dapat dilihat di hasil USG di atas). Teman penulis cerita bahkan dia kistanya mengecil dari 5 cm ke 3 cm setelah konsumsi selama satu tahun. Tapi Visanne ini hanya bisa mengecilkan sedikit saja, nggak terlalu signifikan, dan nggak benar-benar hilang. Kalau mau hilang harus tetap dioperasi. Kalau dijelasin sama dokternya, Visanne ini membantu menghentikan haid/pendarahan karena darah di rahim itu jadi 'makanan' buat kista ini. Sehingga kalau nggak dikasih makan, maka kistanya nggak akan membesar.
Nah sekian untuk cerita kali ini. Kalau pejuang endometriosis lainnya yang juga konsumsi obat hormon seperti ini, gimana efeknya buat kalian?
No comments:
Post a Comment