Tuesday, May 15, 2018

Resensi Buku: BH

Judul buku: BH
Penulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit:PT Kompas Media Nusantara
Cetakan Keempat, Februari 2016
x + 246 Halaman; 14 cm x 21 cm

Blurb

Emha Ainun Nadjib tergolong manusia multidimensi. Awalnya dikenal sebagai penyair, kemudian menulis naskah drama, novel, cerpen, dan esai-esai berbagai tema sosial budaya.

Kumpulan cerita pendek BH ini merupakan buah kreativitas Emha dalam berbagai persoalan kehidupan manusia, misalnya cerpen Lelaki ke-1.000 di Ranjangku, Pesta, Seorang Gelandangan, Jimat. Semua disajikan dengan sangat apik, menggelitik, dan apa adanya.

---

Berhubung buku ini adalah buku kumpulan cerpen alias bukan novel, jadi saya tidak bisa mencantumkan sinopsis. Saya sudah penasaran setengah mati untuk membaca tulisan-tulisan Emha Ainun Nadjib sejak SMA. Buku BH baru terbit saat saya masih kelas XI. Saya penasaran karena judul buku ini amat blak-blakan dan vulgar, dan waktu itu saya merasa masih belum cukup umur untuk membaca buku ini (karena dari judulnya saya menyimpulkan buku ini termasuk kategori dewasa). Akhirnya, saya berhasil membeli buku ini waktu Harbolnas 2017 di website Gramedia dan baru selesai membacanya seminggu yang lalu.

Terlalu banyak jika saya harus mengupas semua cerpen di buku ini satu persatu (ada total 23 cerpen dalam buku ini). Jadi saya akan membahas dua cerpen saja yaitu cerpen yang jadi favorit saya dan cerpen yang jadi judul utama buku ini.

1. Ambang
Cerpen ini dominan pada satu tokoh utama yang berada di ambang, dia terus meminta kepada Tuhan agar segera mencabut nyawanya. Saya sangat menyukai cerpen ini karena sangat mewakili apa yang saya rasakan saat itu. Saya begitu depresi dan rasanya ingin bunuh diri. Kemudian saya membaca cerpen ini. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan tokoh utama. Beberapa terjawab dengan jawaban singkat. Sisanya ditanggapi dengan diam oleh lawan bicara. Ambang adalah cerpen terpanjang dalam buku ini. Membuat saya benar-benar paham bahwa seseorang yang di ujung tanduk akan meracau tidak jelas, sebanyak-banyaknya, setidak masuk akalnya, dan sesungguhnya racauan itu tidak harus semuanya dijawab--ia selain butuh jawaban, ia lebih ingin didengarkan. Caknun berhasil membangun suasana dan tokoh yang sangat menggambarkan orang yang sudah kehilangan semangat hidupnya. Hampa. Pasrah. Dan bisa dibilang nyaris tidak waras.

Salah satu dialog dari si tokoh aku yang paling berkesan untuk saya.

Sesungguhnya aku sudah cukup ragu, terhadap adaku. Kuharap Kau benarkan keraguanku, sehingga tanpa perlu membunuh diri, bisa kuyakini ketiadaanku. Syukur kalau Kau lebih tegas lagi: lenyapkan sama sekali aku!

2. BH
Tak sepanas judulnya, cerpen BH mengisahkan tentang hubungan asmara terlarang antara dua orang laki-laki. Yap, ceritanya memang sesederhana itu. Tapi Caknun menuliskannya berfokus pada dua tokoh utama, tentang kebimbangan mereka pada bagaimana masyarakat memandang mereka. Termasuk bagaimana si laki-laki yang memilih untuk tetap bersama si 'perempuan' meskipun dipandang sinis oleh sekitarnya, meskipun diam-diam dalam hatinya ia juga memiliki dilema besar. Masalah sosial yang diangkat dalam cerpen ini adalah tentang LGBT. Tulisan Caknun ini membuat saya ikut merasakan, bagaimana perasaan saya jika saya adalah penganut LGBT. Tapi tetap saja tidak lantas membuat saya bersimpati. Hanya saya jadi tau, "oh, jadi ini yang mereka rasakan."

Marilah kita bercinta pada tempatnya. Kaumencinta itu dan bersedia menerima apa yang mampu kuberikan, sementara aku pun mencintai penderitaanmu.

Awalnya saya sama sekali tidak merasa aneh melihat sampul buku ini, meskipun teman-teman saya selalu berkomentar, "Ih sampulnya kok nyeremin gitu." Lalu suatu ketika saat saya sendirian di kamar dan buku ini tergeletak sekenanya, matanya menatap tajam saya. Saya jadi sedikit ngeri dan akhirnya membalik buku itu hingga yang tampak hanya cover  belakangnya saja. BH pertama kali terbit tahun 2005 dan saya bersyukur karena Kompas menerbitkannya lagi bahkan setelah 10 tahun lebih, karena jika tidak, saya mungkin tidak akan pernah membacanya.

Selain dua cerpen di atas, buku ini banyak membahas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelacur, LGBT, politik, seni, hubungan suami istri atau keluarga, hubungan dengan tetangga, dan masih banyak lagi. Sebenarnya dalam memilih cerpen favorit, saya bingung harus memilih yang mana karena hampir sebagian tulisan-tulisan Caknun seolah menggambarkan apa yang selama ini saya pikirkan. Dan hal itu membuat saya memasukkan Caknun sebagai salah satu penulis favorit saya. Kebanyakan cerpen di BH ini menggunakan sudut pandang orang pertama sehingga pembaca bisa lebih menghayati perasaan tiap-tiap tokoh. Untuk kalian ingin melihat permasalahan sosial dengan cara yang berbeda dan menarik, buku ini akan membantu kalian membuka mata.

2 comments:

  1. WOWOWOOWOWOEOE gue jadi tertarik sama buku ini dit... somehow bikin gue inget waktu kecil masa gue udah baca2 buku caknun (dan author2 lain sih sebenernya) yg...bahkan gue baru sadar kalo ternyata itu buku dewasa bgt setelah buka2 lagi dan gue gapercaya dulu baca buku begituan dan heran juga kenapa gue dulu kayak paham??? Jokes2 dewasa yang menjurus2 gitu(???) Gatau kayaknya ortu gue salah nih naro buku macem gitu sembarangan. Gue berasa gapunya kenangan jaman2 polos wkwkwk halah😂😂
    Tapi...knp ya sekarang w males gitu buat beli buku...kayak...biasanya jatah buat beli buku tuh khusus dari ortu gitu gue yg milih mereka yg bayar tapi sekarang tuh gue harus beli sendiri buku yang gue mau, udah gitu dikomentarin lagi pake segala bahas itu bukan buku pelajaran. Duh yaudah gue kesel kan trus rada2 nyolot bilang 'emang ilmu cuma ada di buku pelajaran aja' hng dan gue males berdebat udah telanjur kesel kan ya udah mending yg gue beli bukan novel romens teenlit wetped versi cetak.

    Oke melantur ke mana2. Mungkin w kapan2 mau beli buku ini deh, masukin ke wishlist apa ya. Masih berusaha tidak pelit untuk urusan perbukuan dan sedang menerapkan prinsip bahwa buku >>>>>> makanan :(( padahal i live to eat wkwkkw
    Ayo ayo ditz isi liburan ini dgn baca dan beli banyak buku kemudian review in di blog ini!!! Huehuehue

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gils lu baca buku Caknun waktu masih kecil?? Pantesan lu jago nulis gini pas udah gede XD gue aja baca buku ini lama banget karena kudu meresapi dan mendalami (nggak selama baca buku kumpulan puisi, sih). Apalah gue yang masa kecilnya baca buku Harun Yahya sama koran XD.

      Sama, sih, Wash. Gue juga kalo beli buku dikomenin gitu "novel lagi novel lagi" dan gue terakhir disubsidi beli buku pas masih SMP. Walhasil kalo gue pengen beli buku selalu nabung dulu kalo nggak nunggu akhir bulan dan beli buku pake duit sisa bulanan. SAMA BANGET EMANG ILMU ADA DI BUKU PELAJARAN AJA THAT'S WHAT I THINK.

      Motivasi gue beli buku sederhana, sih. Gue nggak suka bajakan dan gue merasa kalo kita nggak beli bukunya (atau setidaknya ebook deh) dan malah nyari bajakan, kita nggak menghargai penulisnya. Padahal penulis itu hidup dengan royalti yang dia terima :"""( kan kasihan. Gue juga tetep banyak makan kok. Lagian gue beli buku kalo pas ada promo kaya harbolnas atau pameran buku gitu kan banyak diskon yegak XD

      Santuy masih banyak buku yang belum gue baca. Ditunggu, ya!

      Btw ini kenapa reply-an gue jadi panjang banget wkwkwkwkw

      Delete

About Me

PeketoWritan

Peketo hanyalah nama julukan yang diberikan teman-teman penulis sejak kecil dan akhirnya ia gunakan sebagai nama pena. Kelahiran Malang dan tidak betah panas. Sangat menyukai lemon dan warna kuning. Suka menggambar, membaca novel dan buku pengetahuan umum, serta menulis cerita. Rutinitasnya membaca Webtoon tiap jam sepuluh malam.




Recent Posts

recentposts

Random Posts

randomposts