Thursday, April 26, 2018

Resensi Buku: Sophismata

Judul: Sophismata
Penulis: Alanda Kariza
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Kedua, Agustus 2017
272 halaman; 20 cm

Sinopsis


What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?


Meski sudah tiga tahun bekerja sebagai staf seorang Anggota DPR, Sigi tidak juga bisa menyukai politik. Ia hanya ingin belajar dari atasannya itu, mantan aktivis 1998 yang sejak lama ia idolakan. Dan ia juga berharap ia bisa segera dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari ia justru dipaksa menghadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan. Hingga ia bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan partai politik. Cara pria itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi. Perlahan Sigi menyadari bahwa tidak semua politisi seburuk yang ia pikir.


---

Saya adalah tipe orang yang baca buku karena suka penulisnya atau tertarik lihat cover-nya. Saya nggak tahu siapa Alanda Kariza sampai dia menulis buku ini, yang mengusung tema politik. Dan lihat blurb-nya yang ditampilkan di belakang: what happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with the one? langsung membuat saya tertarik membacanya. Apa sebab? Saya adalah orang yang anti-politik. Politik itu ribet dan penuh tipe muslihat, saya nggak suka. Perkataan Sigi di bawah ini sangat mewakili perasaan saya.

Sama seperti lo, gue selalu pengin membuat perubahan untuk bangsa ini, tapi gue lebih pengin melakukannya lewat jalur nonpolitik.
--- Sigi

Namun kenyataan berkata lain. Saya justru kuliah di PKN STAN yang mau tidak mau akan menjadi Aparatur Sipil Negara, yang konon teman saya bahkan berpesan, "Siap-siap, ya, Dit, lu bakal sering berurusan sama politikus." Jadi, mau nggak mau saya juga harus mulai buka mata, mulai mengenal tentang politik ini. Karena tidak ingin mulai dari yang berat-berat, saya mulai dengan membaca novel ini saja. Hehehehehehe.

 Seperti yang telah disebutkan dalam sinopsis, Sigi bekerja sebagai staf administrasi salah seorang anggota DPR, Johan Sancoyo. Alasan ia memilih mengambil pekerjaan itu sebenarnya bukan karena ia suka hal-hal berbau politik, namun karena ia mengagumi sosok Johar sejak masih SMA. Johar sendiri pada saat itu (sebelum menjadi anggota DPR) adalah salah satu pendiri Partai Gerakan Sosial Indonesia (PGSI). Sigi bekerja untuk Johar bersama dua tenaga ahli yaitu Catra dan Gilbert.

Pada suatu hari, Johar diwawancarai oleh Timur yang merupakan senior Sigi saat SMA. Timur menanyakan pengalaman Johar soal mendirikan partai, karena Timur juga berencana mendirikan partai baru yaitu Partai Indonesia Setara. Ia juga menanyakan mengapa Johar membiarkan PGSI diakuisisi Partai Reformasi Pembangunan (PRP). Berbeda dengan Sigi yang tidak doyan politik, Timur adalah seorang politisi yang begitu bersemangat saat membahas politik.

Tiga tahun bekerja dengan Johar, rutinitas Sigi selalu sama, mengurus segala sesuatu yang bersifat administratif. Terkadang rekannya membandingkan pekerjaan Sigi yang begitu mudah dibandingkan tenaga ahli. Bukannya tanpa usaha, Sigi juga telah berkali-kali meminta Johar untuk mempromosikannya, namun selalu ditolak. Alasannya karena Sigi bukan lulusan S2. Sigi mengeluhkan apa lantas jika sudah S2 pasti lebih 'ahli' ketimbang S1?

Johar akhirnya memberikan kesempatan kepada Sigi. Ia akan mempromosikannya jika berhasil mempertemukan dirinya dengan Kepala Staf Kepresidenan, Cipta. Sigi berhasil menjadwalkan pertemuan mereka, namun saat Johar memperkenalkan program yang dirancangnya, Cipta mengatakan bahwa mereka sudah memiliki program yang mirip dan akan segera diluncurkan. Sigi tidak menyerah dan berusaha meyakinkan Cipta agar mempertimbangkan program milik Johar. Cipta menerimanya, namun hal ini tak lantas membuat Johar senang.

Belum selesai masalah itu, masalah lain kembali muncul. Muncul seorang gadis muda bernama Megara yang mengaku telah dihamili Johar. Johar berkali-kali berkata bahwa gadis itu hanya main-main saja, tetapi gadis itu menunjukkan foto hasil USG bayi yang ada dalam kandungannya. Sigi tahu Johar sering bermain-main dengan perempuan, namun ia tidak tahu Johar akan melakukannya sejauh ini. Sigi yang pertama kalinya menghadapi situasi seperti ini, tidak tahu harus memercayai siapa. Dan Johar mengutusnya untuk menyelesaikan urusan Megara dan mengatakan akan membahas promosinya lagi nanti.

Sigi lelah dan memutuskan untuk mengunjungi keluarganya di Bandung. Ayahnya menjemputnya di stasiun, dan dalam obrolan mereka, sang ayah menawarkan agar Sigi mengambil kuliah S2. Di sisi lain, Cipta yang mengakui kemampuan Sigi kala rapat dengan Johan tempo hari, menawarkannya untuk bergabung dalam Staf Kepresidenan. Timur juga terus membujuk Sigi, barangkali Sigi mau ikut ambil bagian dalam Partai Indonesia Setara. Pilihan manakah yang akan Sigi ambil?

Saya yang lebih sering membaca novel bergenre remaja ketimbang dewasa, awalnya agak-agak kagok membaca novel ini karena menemukan kata-kata baru seperti asertif atau deflektif. Dan dengan membaca Sophismata saya sadar saya sudah bukan anak-anak lagi hahahaha. Yang saya suka dari novel ini adalah ceritanya mengalir, semuanya terkait satu sama lain dan tidak berbelit-belit. Sophismata berhasil membuat saya melihat dunia politik, namun tidak lantas membuat saya jatuh cinta---ujung-ujungnya tetap saja saya tidak suka politik. Dan karena saya sedikit-sedikit mengalami hal-hal yang berbau pemerintahan di kampus, ada beberapa bagian yang sudah saya alami dan menurut saya, "Wah bener banget." Misalnya seperti kalimat berikut.

Kalau undang-undangnya bilang begitu, kita bisa bilang apa? Kalau lo nggak bisa jalan lewat rute itu, lo harus cari rute yang lain.
--- Gilbert

Sosok Timur mengingatkan saya pada salah satu senior di SMA yang sangat berapi-api kalau membahas politik (yang anak IC pasti kenal, deh). Hidup akan sepi kalau tidak ada cinta, begitu pula novel ini. Namun menurut saya porsinya tidak terlalu banyak, kok. Mungkin sekitar 35%. Selebihnya membahas lika-liku Sigi di dunia politik. Perlu diingat lagi bahwa novel ini adalah novel dewasa, jadi pembacanya juga harus bijak-bijak saat menyelaminya.

Nilai yang saya berikan? 5/5! Terima kasih kepada Alanda Kariza telah memperkenalkan saya pada politik lewat novel ini. Kalau kalian ada yang senasib sama saya---buta politik tapi nanti harus terjun di dunia politik---bisa mulai membaca dari novel ini dulu. Barangkali kita para wanita di masa depan akan menjadi Megawati Soekarnoputri, Sri Mulyani Indrawati, Susi Pudjiastuti, atau Tri Rismaharini. Tak ada salahnya bersiap-siap.

Dunia politik kita didominasi laki-laki. Sudah saatnya ada perempuan yang bersuara, dan menurut gue, lo bisa jadi salah satu perempuan itu.
--- Timur

Sebagai bonus, saya mau kasih kalimat penutup (iya, banyak banget quote-nya. Maklum buku ini tuh mewakili isi kepala saya, terutama Sigi). Akhir kata, selamat membaca!

2 comments:

  1. Jadi...sophismata artinya apa dit?? Wkwkwk
    W ga nyangka bakal semenarik ini isinya, sayang waktu itu gud gajadi ikut seminar mbaknya. Keren sih beliau udah nerbitin buku umur 15 tahun dan dia juga keren manajemen uangnya... :( pankapan deh beli bukunya dulu ntar kalo ada seminar lagi di jogja wajib ikutan ^^9
    Sering2 bikin resensi ato review buku dong dit, buat gue yg semakin lama semakin jarang beli buku ini tuh membantu banget 💕💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sori baru bales wkwkw. Kalo dari yang gue cari, dalam dunia filsafat, "sophismata" artinya nilai kebenaran bisa bersifat ambigu, dalam ranah abu-abu. Kata gue cocok banget sama novel ini sih soalnya dia mengungkit masalah politik dan percintaan yang nggak bisa di-judge serta merta benar salahnya.

      Lu harus ikut, Wash. Dan kudu baca novel ini juga wkwkw. Kalo gue review terus lu jadi pengen baca bukunya beli, yaa jangan nyari bajakan hehehehehe #StopPembajakan

      Delete

About Me

PeketoWritan

Peketo hanyalah nama julukan yang diberikan teman-teman penulis sejak kecil dan akhirnya ia gunakan sebagai nama pena. Kelahiran Malang dan tidak betah panas. Sangat menyukai lemon dan warna kuning. Suka menggambar, membaca novel dan buku pengetahuan umum, serta menulis cerita. Rutinitasnya membaca Webtoon tiap jam sepuluh malam.




Recent Posts

recentposts

Random Posts

randomposts