Friday, January 23, 2015

Sebuah Cerita Penuh Kebohongan

Mungkin ini bukan cerita Abu Nawas. Tapi entah kenapa ada hawa-hawa Abu Nawas di dalamnya.
Pada suatu hari, di sebuah negeri, hiduplah seorang yang amat sangat jujur. AMAT SANGAT SUPER JUJUR SEKALI. Sebut saja namanya Pacin. Dia tidak pernah berbohong sekalipun itu akan membahayakan dirinya. Semua orang salut akan kejujurannya, sekaligus heran. Hingga suatu waktu, Raja yang ikut-ikutan heran memanggilnya ke istana.

Raja memberikannya tantangan. "Saya tantang kamu untung membuat cerita yang isinya semuanya adalah bohong. Saya beri kamu waktu tiga hari untuk mempersiapkannya. Jika kamu berhasil, saya akan memberikan apa yang kamu inginkan."

Maaf alay, biasa ceita zaman dahulu kala kan begitu biasanya.

Pacin menyanggupinya. Sebenarnya, ia tidak tergiur sama sekali atas hadiah yang ditawarkan sang Raja. Ia hanya ingin menanggapi tantangan itu sebaik mungkin.

Biar cepet, kita langsung saja ke acara 3 hari setelahnya, alias pembuktian tantangan Raja. Acara itu digelar di lapangan terbuka, sehingga warga bisa menyaksikannya. Maklum, yang akan berbohong adalah orang paling jujur sesaentro negeri itu.

Sebelum tampil, beberapa warga mewanti-wanti Pacin bahwa yang ia sampaikan adalah hal-hal bohong. Warga juga menasehati Pacin agar tidak jujur sedikitpun. Pacin terlihat santai saja. Ia menghadap Raja. 

"Silahkan sampaikan kebohonganmu, Pacin." ujar sang Raja. Pacin membungkuk hormat, kemudian mulai bercerita.

"Saya akan mengatakan yang sebenar-benarnya." warga mulai kebingungan. Raja juga heran. Diminta berbohong kenapa malah mau jujur?

"Saya akan menceritakan tentang keluarga saya.
Waktu nenek saya masih kecil, ayah saya mengganti popoknya." Kontan saja semua orang mendadak tertawa. Bagaimana bisa seorang anak mengganti popok ibunya?
"Nenek saya, ibu saya juga.
Kakak saya adalah wali dalam pernikahan kakek dan nenek saya.
Saat saya kecil, anak saya selalu membacakan kepada saya dongeng sebelum tidur.
Paman saya juga sering menyuapi bibi saya yang lebih tua 6 tahun darinya, saat bibi berumur 8 bulan.
Dulu adik saya bersama kakek saya dalam kandungan ibu saya.
Kata orang-orang, ibu saya lahir bareng dengan ayah saya.
Saya sering berangkat ke sekolah bersama nenek saya saat nenek saya SMA.
Kalau tidak begitu, saya mengantar kakek saya saat beliau masih TK."

Warga tidak berhenti tertawa. Raja juga. 

"Apakah semua yang kamu sampaikan itu semua adalah benar, Pacin?" tanya Raja.
"Benar, Yang Mulia. Saya tidak berbohong sedikitpun." Warga kembali tertawa mendengar jawabannya.

"Sebenarnya jawaban saya barusan itu untuk melengkapi kebohongan saya, biar makin greget hehehe..." ujar Pacin. Tawa makin susah dihentikan. Raja sekarang benar-benar terbahak. Dasar Pacin....

No comments:

Post a Comment

About Me

PeketoWritan

Peketo hanyalah nama julukan yang diberikan teman-teman penulis sejak kecil dan akhirnya ia gunakan sebagai nama pena. Kelahiran Malang dan tidak betah panas. Sangat menyukai lemon dan warna kuning. Suka menggambar, membaca novel dan buku pengetahuan umum, serta menulis cerita. Rutinitasnya membaca Webtoon tiap jam sepuluh malam.




Recent Posts

recentposts

Random Posts

randomposts