Sunday, December 21, 2014

Kediri Memakan Korban

Inilah wajah-wajah para korban Kediri. 7 dari 11 orang.

Ini bukan sebuah berita tentang bencana yang melibatkan seluruh warga Kediri. Bukan. Judul di atas sengaja dilebih-lebihkan, menggunakan majas hiperbola sekaligus majas sinekdoke totem pro parte. Memang benar kata pepatah, tiada hari tanpa masalah. Begitu pula dalam suatu perjalanan, pasti adaaa saja masalahnya.

Contohnya hari ini. Musim liburan, otomatis sekolahku memulangkan semua muridnya. Berbeda dari akhir semester biasanya, kali ini aku pulang bersaama komunitasku, Jatmico (jawa timur community). Biasanya aku diejmput ayahku, tapi kali ini aku melarangnya. Aku mencoba bertualang!

Setidaknya belum banyak masalah kami hadapi di awal keberangkatan. Kami dapat menuju stasiun tepat waktu, nggak pas banget, sih. Intinya kita nggak ketinggalan kereta. Kami juga dapat makan soang dari kereta. Sejauh ini, amanlah.

Aku tidak tahu apakah penumpang selain aku dan temanku (sebut saja namanya Ul) juga mengalami masalah yang namanya kedinginan. Dingin banget beneransumpah nggak bohong. Aku ngiler liat temnku yang lain tidur dengan nyaman. Aku mencoba bersandar pada Ul, eh dia terbangun. Giluran Ul sandar ke bahuku aku membiarkannya -_-. Aku menahan dingin di kakiku dengan menyalakan laptop yang panasnya mengalir di kakiku. Wuih nikmat...

Masalah ini datang begitu anak rombongan Kediri turun. Petugas pengecek tiket berkeliling dan kami menunjukkan tiket kami seperti biasa. Seperti tidak ada musibah di baliknya.

Mereka melihat tiket, mendadak dahinya terlipat.



"Ini baru berangkat dari Kediri, nih." kata seorang petugas, sebut saja A.
"Bukannya justru ini berangkat dari Senen terus turun di Kediri?" sahut temannya, sebut saja B.
"Lho, ini kok tiketnya sampe Kediri, tapi kok nggak turun?"
''Ah masa sih Pak.'' kami mengelak.
''Emangnya ini mau pada turun di mana?"
''Malang.'' ''Tulungagung.''
''Ini melanggar peraturan, Dek. Orang tiketnya ke Kediri kok bablas ke Malang. Bisa kena denda ini, Dek sampe 80.000.''
Aku melongo. Kami melongo. Melongo banget.
"Adek-adek ini sudah melanggar peraturan. Belinya Kediri kok turun Malang." tuduh si A keji.
"Dendanya bisa 3 kali lipat malah, Dek." kata si B minta dijitak.
"Kemarin belinya gimana, I?" tanya Ak kepada I yang beli tiketnya.
"Ya itu biar cepet, katanya beli buat Kediri semua aja. Belinya sama Rk, sih."
...
...
...
...
RK!!!
Minta diapain, hah? MINTA DIAPAIN NIH ANAK ENAKNYA DICINCANG APA DIBAKAR AJA LANGSUNG PILIH PILIH.
"Ya sudah, saya minta kartu pelajar atau kartu apapun yang menunjukkan identitas kalian." si B ngemis, ehem ngemis kartu.
Aku merogoh dompetku, baru sadar.
Oh iya, kartu pelajarku kan di Kak S. Masa' aku pake kartu pelajar MTs? Aih tapi nggak masalah, sih, toh wajahku dari MTs sampe sekarang kan nggak berubah. Eh, apa pake NISN aja?
Akhirnya aku pakai kartu NISN.

Seiring dengan kepergian 2 pengecek tiket itu, kami semua ngegalau. Antara mikirin akan didenda berapa, kartunya bisa diambil apa enggak, lalu Kak Z datang dengan heboh.

"Iiih, petugasnya ngambil tiket sama kartu pelajar aku gara-gara turun di Kediri.. :("
"Lhah, kakak juga?"
"Lhah, kalian juga jangan-jangan?"
"Iya, Kak. Yang beli tiket anak Kediri, sih -_-"
"Pantesan, aku juga dibeliin tiket sama M dan B, kan :(((("
By the way, M dan B ini juga orang Kediri. Jadi kesimpulannya ... bisa Anda simpulkan -_-.
"Terus kalo abis ini suruh turun gimana, dong :("
"Abis ini, kan Tulungagung :(("
"Rumahku di Bangil :((("
"Aku mau naik apaa :(((("
"Aku nggak tau apa-apa tentang Tulungagung :((((("
Barusan adalah curhatan Kak Z.
"Kamu turun mana :((((((" tanya Kak Z kepadaku.
"Aku sih tetep turun Malang." jawabku yakin, yakin banget.
"Lha ntar kalo diusir?"
"Ya aku paksa aja pake tampang memelas."
"Emang bisa, ya :(((((((" perasaan tampang dia sudah cukup sebenarnya.
"Bisa. Kalo disuruh bayar denda aku ehlas, asal aku bisa nyampe Malang. Orang aku niatnya ke Malang bukan Tulungagung." kataku keras kepala.
"Ya udah aku ikut kamu aja, ya :(((((((((("

Tak beberapa lama, kami sudah tiba di Tulungagung.
"YANG TADI TIKET SAMA KARTUNYA SAYA AMBIL KELUAR." Petugas treak-treak gak nyelow.
"SIAPA SAJA YANG TADI TIKET SAMA KARTUNYA SAYA AMBIL TURUN SEKARANG."
"TURUN POKOKNYA TURUN DI SINI."
"SEKARANG TURUN."
Daripada ditendang olehnya, aku turun saja.
"Yah, terus gimana, dong?" kata Kak Z, juga salah satu adik kelasku Fa yang ke Malang dan 2 warga Banyuwangi Fw dan Ma. Yang Tulungagung sih tinggal pulang saja, walaupun harus bayar denda dulu.

Alhamdulillah aku dijemput orang tuaku, walau harus menunggu. Fa juga. Ma dan Fw sepertinya juga ikut Fa. Kak Z yang sepupu I ikut dengan I.

Masalah belum selesai, kami masih harus menghadap petugas untuk bayar denda. BAYAR DENDA. Ah Rk Rk... harusnya kau saja yang bayar semua ini.... Kami ini sudah kumal, dapat musibah seperti ini...
SEMENTARA DIA! SUDAH TURUN DENGAN BAHAGIA TANPA TAHU APA-APA YANG MENIMPA KAMI. SAKITNYA TUH DI .... AH, SUDAHLAH.

Petugas yang memeras dompet kami itu mengulang kata-katanya berulang-ulang, sampai aku bosan mendengarnya -_- "Saya sebenernya nggak tega, dari lubuk hati yang paling dalam..." "Saya hanya menjalankan tugas..." "Ini demi anak istri saya juga di rumah..." "Buat pelajaran..." was wes wos aku tidak mau mendengarkannya. Telingaku kubuat tuli-tulian. Cara bicaranya yang berputar-putar ini seperti Rk.
...
...
...
...
RK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Untunglah denda yang awalnya 80 ribu rupiah itu turun menjadi 50 ribu rupiah. "Saya sudah nganggep kalian kayak anak saya sendiri..." Ya udah, Pak. Harusnya bapak yang bayarin, dong? Kok masih nagih denda. Lagian ini baru ketemu udah ngaku-ngaku nganggep kita anak, kok rasanya... Ah, absurd -_-.

Setelah bebas perkara, kami sarapan. Menghajar rasa kesal dan kesel kami dengan makanan memang nikmat.

2 comments:

  1. manteb juga kalian :D
    untung dulu aku nggak ada pemeriksaan .-.

    ReplyDelete
  2. hahaha itu dia penyebabnya kak. coba ga ada pemeriksaan pasti kami selamat sampai tujuan -.-

    ReplyDelete

About Me

PeketoWritan

Peketo hanyalah nama julukan yang diberikan teman-teman penulis sejak kecil dan akhirnya ia gunakan sebagai nama pena. Kelahiran Malang dan tidak betah panas. Sangat menyukai lemon dan warna kuning. Suka menggambar, membaca novel dan buku pengetahuan umum, serta menulis cerita. Rutinitasnya membaca Webtoon tiap jam sepuluh malam.




Recent Posts

recentposts

Random Posts

randomposts