Wednesday, April 20, 2016

Pendakian Gunung Gede: Keyakinan Tanpa Keraguan

Inilah wajah-wajah tim Pendakian Gunung Gede

Hai semuanya! Akhir-akhir ini aku sering posting. Nggak papalah ya mumpung lagi liburan. Ntar kalo udah masuk susah mau posting-posting lagi. Di postingan kali ini, aku akan sedikit (maunya sih gitu, nggak tau nanti kalo ketagihan) tentang salah satu agenda liburanku: mendaki Gunung Gede.

Kelas XII. Ujian terakhir. Ujian Nasional. Ujian Nasional 2016. Ujian Nasional Berbasis Komputer. Semuanya terasa penjang dan melelahkan. Untunglah di balik itu semua ada sesuatu bernama libur UN. Libur UN berlangsung selama 12 hari. Dan kami sebagai remaja Indonesia yang setengah frustasi setengah galau setengah lega setengahnya pikir sendiri, memutuskan untuk memanfaatkan liburan itu sebaik mungkin. Di angkatanku sendiri terbagi beberapa kelompok: kelompok naik gunung, kelompok Banyuwangi, kelompok Dufan, dan kelompok 'ah di rumah saja'.

Dan aku memutuskan untuk ambil bagian dari kelompok naik gunung. Awalnya aku ingin bergabung dengan kelompok Banyuwangi. Tapi orang tuaku melarangku pulang. "POKOKNYA JANGAN PULANG JANGAN MENGINJAKKAN KAKIMU DI JAWA TIMUR." Oke mungkin tidak sekasar itu tapi intinya aku tidak bole berlibur di Jawa Timur. Aku tidak berani membantah perkataan orang tua, Kawan, bahaya. Bisa-bisa muncul legenda "Anlin Radit". Legendanya pasti horor banget. It's oke lagipula aku emang pingin banget naik gunung.

Hari H. 13 April 2016. Aku gotong tas carierku dan menuju tronton bersama teman-temanku. Kupikir tas itu akan ringan, mengingat isinya hanya baju, makanan, air, obat-obatan, dan tetek bengek lainnya yang tergolong ringan. Ternyata peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit itu memang benar adanya. Aku serasa memanggul bukit di punggungku.

Awalnya aku khawatir, apa aku bisa sampai ke puncak dan turun lagi dengan selamat atau tidak. Mengingat saat Ujian Nasional aku sempat demam gila-gilaan (suhu badanku sampai 39 derajat. Bayangkan, rasanya aku hampir sekarat saking takutnya) dan penyebab demam itu karena aku kecapekan. Tapi tidak apa, aku sudah mengantongi paracetamol di tasku. Aku terus berdoa, aku harus yakinkan diriku sendiri dulu bahwa aku pasti baik-baik saja. Ada Allah yang siap menolongku.


Pemanasan sebelum mulai pendakian

Setelah pembagian kelompok, melakukan berbagai pemanasan, dan berdoa, kami memulai pendakian. Aku berusaha menuruti saran guruku untuk bernafas dari hidung saja (iyalah masa dari kaki) karena selama ini setiap berlari aku bernafas dari mulut. Kututup mulutku rapat-rapat. Dan hujan turun.

Aku terus meyakinkan diriku ini bukan petaka, ini baru dimulai. Kukenakan jas hujanku tapi kantung carierku tidak muat untuk menutupi tasku. Biarlah dia kehujanan. Salah sendiri kebesaran.

Kami mulai mendaki dari jalur Gunung Putri dan rencananya kami akan turun di Cibodas. Setiap kali istirahat aku cepat mengonsumsi madu atau cokelatku, karena waktu istirahat yang diberikan hanya 2-5 menit. Hujan membuat suhu udara makin dingin. Udara dingin itu masuk ke hidungku dan membuatku sulit bernafas. Tubuhku seolah dingin semua. Dengan ganas aku meminta T*lak Angin temanku, berharap tubuhku bisa lebih hangat. Kupasang juga koyo (hasil malak) di hidungku.

Setiap kali menghadapi tanjakan rasanya aku benar-benar ingin membuang tas carierku, karena setelah menanjak aku akan ngos-ngosan. Yang bisa kupikirkan saat itu hanya satu. Kuatkan aku, Ya Allah. Berikan kekuatan pada kami. Hanya kepada-Mu kami bisa memohon.

Saat hendak makan siang, hujan sudah reda. Tapi saat kami makan kami diguyur lagi, membuat makanan kami yang awalnya kering menjadi berkuah. Aku bertekad menaghabiskan nasi yang banyak itu karena aku pasti butuh energi banyak untuk melanjutkan perjalanan ini.

Aku girang sekali saat sampai di trek yang landai, tapi aku juga bertanya-tanya kapan kami samapi di Alun-Alun Timur. Saat aku berhasil keluar hutan dan samapi di Alun-Alun Timur, aku tak kalah girangnya. Tapi angin berhembus sangat dahsyat karena pohon edelweis tidak mampu menghalanginya. Dingin sekali. DINGIN SEKALI POKOKNYA DINGIN BANGET. Baju kami juga basah, bukan oleh air hujan, tapi oleh keringat kami sendiri.

Selebrasi tim yang berhasil sampai duluan di Alun-Alun Timur

No comments:

Post a Comment

About Me

PeketoWritan

Peketo hanyalah nama julukan yang diberikan teman-teman penulis sejak kecil dan akhirnya ia gunakan sebagai nama pena. Kelahiran Malang dan tidak betah panas. Sangat menyukai lemon dan warna kuning. Suka menggambar, membaca novel dan buku pengetahuan umum, serta menulis cerita. Rutinitasnya membaca Webtoon tiap jam sepuluh malam.




Recent Posts

recentposts

Random Posts

randomposts